Guru dan Murid Al Azhaar Tulungagung – Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Susu Menjadi Kefir

Guru dan Murid Al Azhaar Tulungagung – Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Susu Menjadi Kefir

Al Azhaar Tulungagung – Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak (Susu) menjadi Susu Kefir.

LPI Al Azhaar Tulungagung melalui divisi pengembangan mengadakan pelatihan membuat olahan susu kefir. Kegiatan ini ditujukan untuk membekali Asatidz LPI Al Azhaar dalam kemandirian ekonomi dan meningkatkan kesehatan karyawan dengab mengkonsumsi nutrisi yang sehat dan menyehatkan.

Guru dan Murid Al Azhaar - Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Susu Menjadi Kefir
Guru dan Murid Al Azhaar – Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Susu Menjadi Kefir


Kefir merupakan salah satu hasil bioteknologi dengan memanfaatkan 60 strain bakteri yang disebut Grain. Grain tersebut biasa disebut bibit kefir. Kefir merupakan salah satu produk warisan sejak jaman Nabi yanv sudah banyak ditinggalkan umat, padahal dalam kefir tersebut mengandung banyak manfaat untuk penyembuhan berbagai penyakit. Melalui pelatihan ini diharapkan semua peserta mampu memproduksi kefir secara mandiri dengan pengelolaan yang higienis.

Guru dan Murid Al Azhaar - Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Susu Menjadi Kefir


Pelatihan membuat kefir ini dibimbing langsung oleh pakar penggiat kefir yaitu Bpk Roy Iskandad dari Sidoarjo. Alhamdulillah belia u bisa membawakan materi dengan sangat menarik dan bisa membangkitkan semangat peserta untuk bisa memproduksi kefir.
Selain itu melihat peluang di Tulungagung sangat cocok dalam pengembangan kefir. Pasalnya di Pagerwojo saja produksi susu perhari mencapai 8000 liter/hari belum dr daerah sendang dll. Kedua daerah penghasil susu tersebut masih minim juga dalam pengolahan kefir. Ditambah lagi harga susu ditingkat peternak cukup terjangkau dan masih bisa dinaikkan nilai jualnya menjadi produk kefir.
Dibalik segarnya kefir menyimpan berbagai manfaat bagi kesehatan manusia seperti penyembuhan penyakit strok, kanker, diabet dll. Kefir ini juga aman dan ramah libgkungan sehingga cocok dikembangkan disekolah Islam.

Guru dan Murid Al Azhaar - Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Susu Menjadi Kefir


Melalui pelatihan 2 hari ini LPI Al Azhaar berharap besar semua karyawan LPI Al Azhaar mampu berdikari memenuhi kebutuhan ekonomi untuk ketahanan pangan keluarga. Selamat semoga ilmunya berkah dan bisa berkembang menjadi produk unggulan LPI Al Azhaar Tulungagung.

Guru dan Murid Al Azhaar - Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Susu Menjadi Kefir
Reflective Teacher: Pribadi yang Terus Belajar untuk Mengajar – LPI Al Azhaar Tulungagung

Reflective Teacher: Pribadi yang Terus Belajar untuk Mengajar – LPI Al Azhaar Tulungagung

Pribadi yang Terus Belajar untuk Mengajar

Oleh Aris Kurniawan

Dalam ilmu managemen, istilah kaizen adalah kata yang tidak asing lagi. Istilah ini merujuk kepada filosofi perusahaan jepang yang mengatakan kepada kita bahwa hanya dengan secara terus menerus  tetap sadar dan membuat beratus-ratus ribu peningkatan kecil, maka  dimungkinkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mutunya otentik  sehingga memuaskan pelanggan. Gagasan konsep yang dihembuskan Masaaki Imai di jepang pada tahun 1986 ini telah mempengaruhi dunia industri jepang. Berbekal paradigma kaizen ini, mereka terus bekerja dan melakukan evaluasi, refleksi dan kemudian aksi perbaikan secara terus menerus. Berpuluh tahun kemudian, dengan konsistenis mereka menerapkan filosofi kaizen, jepang berhasil menjelma menjadi negara dengan negara yang terkenal akan kehebatan teknologi dan juga mutu produk barang yang dihasilkannya. Dunia dibuat tercengang akan revolusi yang dibuat oleh jepang yang dalam waktu singkat menjadi negara raksasa dalam dunia industri. Keberhasilan mereka ini kemudian menjadikan konsep kaizen sebagai filosofi universal, paradigma pengembangan yang bisa diterima secara luas dan patut untuk diaplikasikan.

Senada dengan konsep kaizen, beratus tahun sebelum Masaaki Imai dilahirkan, pemikiran hebat dimunculkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW. Dalam hadist nya beliau mengingatkan umat islam untuk terus berbenah dan meningkatkan dirinya menjadi manusia yang lebih baik.

“Barang siapa hari ini LEBIH BAIK dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang BERUNTUNG,
Barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah tergolong orang yang MERUGI
dan Barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin dialah tergolong orang yang CELAKA” (HR Hakim)

Pesan dari rasulullah ini mengimplikasikan kepada kita untuk melakukan muhasabah atau refleksi terhadap apa saja yang telah kita lakukan. Dengan melakukan refleksi kita bisa mengetahui poin-poin mana yang bisa dipertahankan dan bagian mana yang perlu untuk ditingkatkan.

Berpijak dari konsep perbaikan terus menerus tersebut, seorang guru, sebagaimana profesi lainya, dituntut untuk berpacu menjadi lebih baik dari waktu- waktu dengan terus melakukan refleksi dan aksi perbaikan jika ingin menciptakan proses pembelajaran yang terbaik.  Kengganan melakukan refleksi sangat berpotensi menyeret guru dalam kejumudan atau stagnansi dalam pengembangan diri dan juga profesinya.

Dalam praktik pengajaran, contoh nyata kegagalan guru melakukan muhasabah adalah menjamurnya penyakit “auto teaching”. Ciri guru yang terjangkit virus ini bisa dilihat dari cara mengajarnya. Selama bertahun tahun, sang guru akan selalu menggunakan metode itu-itu saja. Bahkan, dalam sebuah kesempatan seorang teman menceritakan bagaimana seorang guru selalu mengajar dengan cara yang sama. Bahkan, dia selalu menceritakan lelucon yang sama dari satu generasi ke generasi dibawahnya. Lelucon yang dia dapat tahun ini adalah lelucon yang sama yang diceritakan sang guru kepada kakak kelasnya berpuluh tahun yang lalu. Bisa dibayangkan betapa sang guru sudah pada kondisi otomatis dalam pengajaranya. Betapa keadaan ini menggambarkan tidak adanya inovasi atau detail kecil perubahan yang coba ditawarkan kepada siswanya. Mungkin satu-satunya yang berubah adalah rambutnya yang mulai memutih atau tubuh yang sudah agak tambun.

Bisa jadi sebagian guru akan berkata “ah kalau teknik mengajarnya sudah baik dan terbukti sukses, kenapa harus berubah?”. sepintas logika ini benar, namun sepertinya tidak sepenuhnya benar. Bagaimana mungkin srategi yang sama digunakan untuk mengajar siswa yang berbeda? Bagaimana seorang guru menganggap siswa hari ini sama dengan siswa 5 atau 10 tahun yang lalu?

Sekali lagi, dari cerita teman tentang gurunya tadi mengindikasikan pentingnya proses refleksi oleh guru. Dengan melakukan refleksi guru diharapkan terus belajar untuk mengajar. Belajar dari setiap kesalahan atau kekurangan selama proses pembelajar.